CLOSE AD
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumat 30 Agustus 2019, 14:51 WIB
Heboh Cerita Horor 'KKN di Desa Penari ' yang Viral di Medsos
KKN di Desa Penari/Foto: Istimewa
Surabaya - Cerita horor 'KKN di Desa Penari' tengah ramai diperbincangkan. Cerita mistis berujung tragedi itu dipercaya sebagai kisah nyata yang dialami enam mahasiswa yang tengah melaksanakan Kuliah kerja nyata (KKN).
Seperti dikutip dari akun twitter SimpleMan, enam calon sarjana tersebut adalah Ayu, Nur, Widya, Wahyu, Anton dan Bima. Mereka melaksanakan KKN di daerah di Jawa Timur yang hanya disebut dengan inisial B. Untuk menjalankan program kerja yang telah disusun, Ayu berpasangan dengan Bima, Wahyu dengan Widya, dan Nur dengan Anton.
Berbagai kejanggalan atau hal berbau mistis sudah dirasakan Nur sejak pertama kali menginjakkan kaki di desa tersebut. Seperti mendengar suara gamelan di hutan, melihat penari bahkan hingga diikuti makhluk menyeramkan yang kerap disebut genderuwo (hantu yang konon serupa manusia yang tinggi besar dan berbulu lebat).
Nur kemudian mencari tahu mengapa ia diikuti makhluk menyeramkan tersebut. Ia kemudian mendapat jawaban dari seorang tetua di kampung tersebut. Selain karena Nur memiliki sensitivitas untuk melihat makhluk-makhluk gaib, ternyata ia juga dilindungi seorang jin berujud nenek-nenek tua.
Singkat cerita, seabrek hal mistis yang ada di desa tersebut justru berujung tragedi setelah dua di antara mereka melakukan pelanggaran. Ayu, Bima dan Widya terlibat dalam sebuah cinta segitiga. Bima dan Ayu melakukan perzinaan meski dalam hati Bima ingin memiliki Widya.
Tidak sampai di situ, Bima juga berusaha memelet Widya dengan sebuah gelang yang didapatnya dari sosok perempuan (makhluk gaib yang berwujud seorang penari cantik jelita) yang berada di sebuah lereng petilasan. Sedangkan Ayu menyimpan kain selendang sang penari berwarna hijau agar bisa mengambil hati Bima.
Tabir kegelapan di kampung tersebut perlahan terbongkar setelah Bima dan Widya tiba-tiba hilang. Sedangkan Ayu tak sadarkan diri. Pak Prabu adalah orang yang memberikan izin mereka menggelar KKN. Ia menyesal telah memberikan izin setelah Nur menceritakan apa yang dilakukan Bima dan Ayu selama di desa tersebut. Terlebih menurut Prabu, Ayu dan Bima juga telah lancang memilih tempat untuk menjalankan program kerjanya. Yakni di sebuah lereng yang dikeramatkan warga desa.
"Tepat di samping lereng, ada tapak tilas. Tempat penduduk desa ini mengadakan pertunjukan tari. Bukan untuk manusia namun untuk jin hutan. Dulu, setiap di adakan tarian itu, untuk menghindari balak (bencana) bagi desa ini, seiring berjalannya waktu, rupanya, mereka yang menari untuk desa ini, akan ditumbalkan. Masalahnya, setiap penari haruslah dari perempuan muda yang masih perawan," kata Prabu dalam cerita yang ditulis SimpleMan seperti yang dibaca detikcom," Jumat (30/8/2019),"
"Itu masalahnya, kata Prabu, asumsi saya, Ayu sejak awal hanya sebagai perantara ke Widya lewat Bima. Namun Ayu tidak memenuhi tugasnya, akibatnya, Ayu dibuatkan jalan pintas, ia di beri selendang hijau itu. Selendang para penari," imbuhnya.
Dengan bantuan tetua desa, Mbah buyut, Widya dan Bima ditemukan. Namun sayang nyawa Bima sudah tidak bisa kembali menyatu dengan tubuhnya. Ayu juga kemudian meregang nyawa dalam upaya penyembuhan yang mengharuskannya dibawa ke luar Pulau Jawa.
KKN mereka kemudian resmi dicoret. Benarkan peristiwa itu terjadi di sebuah kota berawalan B di Jawa Timur? Atau cerita itu hanya fiktif belaka? (sun/bdh)
Seperti dikutip dari akun twitter SimpleMan, enam calon sarjana tersebut adalah Ayu, Nur, Widya, Wahyu, Anton dan Bima. Mereka melaksanakan KKN di daerah di Jawa Timur yang hanya disebut dengan inisial B. Untuk menjalankan program kerja yang telah disusun, Ayu berpasangan dengan Bima, Wahyu dengan Widya, dan Nur dengan Anton.
Berbagai kejanggalan atau hal berbau mistis sudah dirasakan Nur sejak pertama kali menginjakkan kaki di desa tersebut. Seperti mendengar suara gamelan di hutan, melihat penari bahkan hingga diikuti makhluk menyeramkan yang kerap disebut genderuwo (hantu yang konon serupa manusia yang tinggi besar dan berbulu lebat).
Nur kemudian mencari tahu mengapa ia diikuti makhluk menyeramkan tersebut. Ia kemudian mendapat jawaban dari seorang tetua di kampung tersebut. Selain karena Nur memiliki sensitivitas untuk melihat makhluk-makhluk gaib, ternyata ia juga dilindungi seorang jin berujud nenek-nenek tua.
Singkat cerita, seabrek hal mistis yang ada di desa tersebut justru berujung tragedi setelah dua di antara mereka melakukan pelanggaran. Ayu, Bima dan Widya terlibat dalam sebuah cinta segitiga. Bima dan Ayu melakukan perzinaan meski dalam hati Bima ingin memiliki Widya.
Tidak sampai di situ, Bima juga berusaha memelet Widya dengan sebuah gelang yang didapatnya dari sosok perempuan (makhluk gaib yang berwujud seorang penari cantik jelita) yang berada di sebuah lereng petilasan. Sedangkan Ayu menyimpan kain selendang sang penari berwarna hijau agar bisa mengambil hati Bima.
Tabir kegelapan di kampung tersebut perlahan terbongkar setelah Bima dan Widya tiba-tiba hilang. Sedangkan Ayu tak sadarkan diri. Pak Prabu adalah orang yang memberikan izin mereka menggelar KKN. Ia menyesal telah memberikan izin setelah Nur menceritakan apa yang dilakukan Bima dan Ayu selama di desa tersebut. Terlebih menurut Prabu, Ayu dan Bima juga telah lancang memilih tempat untuk menjalankan program kerjanya. Yakni di sebuah lereng yang dikeramatkan warga desa.
"Tepat di samping lereng, ada tapak tilas. Tempat penduduk desa ini mengadakan pertunjukan tari. Bukan untuk manusia namun untuk jin hutan. Dulu, setiap di adakan tarian itu, untuk menghindari balak (bencana) bagi desa ini, seiring berjalannya waktu, rupanya, mereka yang menari untuk desa ini, akan ditumbalkan. Masalahnya, setiap penari haruslah dari perempuan muda yang masih perawan," kata Prabu dalam cerita yang ditulis SimpleMan seperti yang dibaca detikcom," Jumat (30/8/2019),"
"Itu masalahnya, kata Prabu, asumsi saya, Ayu sejak awal hanya sebagai perantara ke Widya lewat Bima. Namun Ayu tidak memenuhi tugasnya, akibatnya, Ayu dibuatkan jalan pintas, ia di beri selendang hijau itu. Selendang para penari," imbuhnya.
Dengan bantuan tetua desa, Mbah buyut, Widya dan Bima ditemukan. Namun sayang nyawa Bima sudah tidak bisa kembali menyatu dengan tubuhnya. Ayu juga kemudian meregang nyawa dalam upaya penyembuhan yang mengharuskannya dibawa ke luar Pulau Jawa.
KKN mereka kemudian resmi dicoret. Benarkan peristiwa itu terjadi di sebuah kota berawalan B di Jawa Timur? Atau cerita itu hanya fiktif belaka? (sun/bdh)
Berita Terkait
Ratusan Warga Berebut Tumpeng di Puncak Perayaan Hari Jadi Trenggalek
Warga Surabaya Cari Solusi Soal Rasialisme di Asrama Mahasiswa Papua
3.000 Pendaki Diprediksi Rayakan Tahun Baru Islam di Gunung Lawu
Seorang Kakek Berusia 113 Tahun di Jember Ikut Gerak Jalan 30 Km
Menko Luhut Pastikan Bandara Kediri Jadi Dibangun
Khofifah Minta Anggota DPRD Jatim yang Baru Tepati Janji Kampanye
Ratusan Warga Melanesia Demo 120 Anggota DPRD Jatim yang Baru
Seorang Kakek di Ponorogo Tewas Terpanggang Saat Bakar Daun Bambu
Baca Juga
Wolipop
Viral KKN di Desa Penari, Ini Manfaat Cerita Horor untuk Kesehatan Wanita
detikInet
20Detik
Gagal Seram! Ini Meme-meme Kocak KKN di Desa Penari
detikTravel
Ini Kisah Asli Rowo Bayu yang Diduga Terkait KKN Desa Penari
detikTravel
Liburan Pertama Naik Kereta
Rahasia di Balik Nama Kereta Api di Indonesia
detikTravel
Wana Wisata Rawa Bayu Bukan Tempat KKN, Warga Terganggu
detikHealth
Tokoh KKN Desa Penari Bisa Lihat Hantu, Dokter Sebut Kemungkinan Psikosis
FotoOto
Yaris Beats Corner Hibur Masyarakat Surabaya
News Feed
Ratusan Warga Berebut Tumpeng di Puncak Perayaan Hari Jadi Trenggalek
Sabtu 31 Agustus 2019, 17:43 WIB
Foto News
Warga Padati Bundaran HI Demi Saksikan Jakarta Muharram Festival
Sabtu 31 Agustus 2019, 17:39 WIB1 Wanita WNI dan 2 Pria Malaysia Ditangkap terkait Hoax Bom di Penang
Sabtu 31 Agustus 2019, 17:39 WIB
Foto News
Jenazah Ibunda SBY Dimakamkan di TPU Tanah Kusir
Sabtu 31 Agustus 2019, 17:24 WIBWarga Mulai Padati Area Jakarta Muharram Festival
Sabtu 31 Agustus 2019, 17:23 WIB
Kontak Informasi Detikcom
Redaksi: redaksi[at]detik.com
Media Partner: promosi[at]detik.com
Iklan: sales[at]detik.com
Redaksi: redaksi[at]detik.com
Media Partner: promosi[at]detik.com
Iklan: sales[at]detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar